Kisah penaklukan padi: Dari budaya Rijsttafel hingga usaha menghidupkan kembali benih padi lestari

Sumber gambar, Koleksi Troppenmuseum
- Penulis, Hilman Handoni
- Peranan, Podcast Flora Carita BBC Indonesia
Di atas tungku atau meja saji, padi bisa bertransformasi menjadi hampir apa saja: Nasi kuning yang lezat, nasi uduk yang gurih, nasi liwet yang pas, lontong, ketupat, dan lainnya.
Bulir-bulir padi tak hanya menghasilkan hidangan yang lezat, tapi juga menghidangkan banyak cerita. Dan penaklukan adalah salah satu kisahnya.
“Ketika mereka [kolonialis Belanda] melihat pribumi makan dengan menu nasi, sayur, lauk pauk dengan lesehan… itu buat mereka merupakan bentuk rendahnya peradaban,” kata Fadly Rahman, sejarawan Universitas Padjadjaran Bandung.
Karena itulah mereka kemudian menciptakan tata boga yang kelak disebut dengan Rijsttafel.

Kisah tentang padi dan bagaimana tanaman ini menandai kejayaan dan keruntuhan sebuah era dapat Anda simak selengkapnya dalam siniar Flora Carita melalui tautan ini.
- Gereja Katolik dan kisah orang-orang asli Papua – 'Mengapa kedukaan kami jarang dibicarakan di atas altar">Kristamtini dan beras hitam hasil ‘berburunya’.
“Mulai Revolusi Hijau itu ada sebagian yang tidak suka menanam lokal atau karena tuntutan harus menghasilkan beras produksi tinggi untuk memenuhi kebutuhannya,” kata Kristamtini, peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Bersama para koleganya, Kristamtini menyisir lembah dan gunung. Menyambangi pematang sawah hingga dapur-dapur para mbah yang mungkin masih menyimpan benih lokal yang tersisa.
“Kadang-kadang ada petani yang masih menyimpan. Satu kasus kami menemukan beras hitam yang hanya ditaruh di dapur. Kemudian kita tanam tidak bisa. Kalau sudah begitu, kan mau nangis darah pun tidak akan ketemu lagi,” kata dia.
Sumber gambar, HILMAN HANDONI
Keterangan gambar, Beberapa jenis beras lokal yang berhasil ditemukan kembali. Beberapa di antaranya sudah dilengkapi deskripsinya dan didaftarkan. Lewati Whatsapp dan lanjutkan membacaAkun resmi kami di WhatsAppLiputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Dari 2014, Kristamtini dan timnya telah menemukan sekitar 100 jenis padi. Sekitar 80 di antaranya sudah dikarakterisasi. Beberapa di antaranya juga sudah didaftarkan.
“Seperti [padi] yang hitam ini kandungan antosioninnya tinggi. Untuk kesehatan. Kalau pun putih seperti ini. Mentik susu, ini enak dan wangi. Yang baru saja kita lepas itu jenis menor dari Kulonprogo itu keunggulannya wangi, pulen, umur pendek, produktivitas tinggi,” kata Kristamtini, menyebut beberapa benih lokal yang selamat dan punya potensi yang bagus buat ekonomi petani.
Rendah gula dan gluten, berserat tinggi, bebas pestisida, bebas pupuk kimia, dari kebun petani lokal, jadi mantra baru beras.
Baca juga:
Aliansi Organis Indonesia mencatat lahan pertanian organik melonjak jadi seperempat juta hektare lebih pada 2018 dibanding 10 tahun sebelumnya, yang hanya 50 ribuan hektare saja.
Khusus untuk beras organik, jumlah lahannya mencapai hampir 54.000 hektare dibandingkan 300-an hektare satu dekade sebelumnya.
Sumber gambar, HILMAN HANDONI
Keterangan gambar, Miftahul Abdrurrahman juga menampung beras hasil budi daya rekan-rekan petani muda lainnya. Dalam sebulan dia bisa mengirimkan kurang lebih satu ton beras ke berbagai kota besar di Jawa. Termasuk yang membudidayakan padi organik itu adalah Miftahul Abdurrahman, atau biasa dipanggil Taul oleh kawan-kawannya. Dia merupakan petani muda yang banting setir jadi petani setelah bosan bekerja sebagai peneliti di lembaga swadaya masyarakat.
Seperempat hektare lahan yang dia sewa diolah jadi sawah-sawah organik, memanfaatkan limbah pabrik gula dan peternakan yang berada tak jauh dari lahannya.
Sekali panen dia bisa mendapatkan 600 kilogram beras dan biasanya habis dalam waktu kurang dari seminggu,
“Itu saya masih kekurangan (suplai beras organik),” katanya dengan senyum mengembang.
Miftah menyebut pertanian biasa hanya unggul sedikit saja dalam perkara produktivitas. Dalam jangka panjang, lahan-lahan yang penuh pupuk dan pestisida kimia akan rusak.
“Kalau organik, makin lama ya makin bagus (tanahnya).”
Miftah mendesak pemerintah membuka program wajib pertanian organik.
“Berani nggak bupati mengeluarkan peraturan. Pemerintah, DPRD mengeluarkan Perda membebaskan lahan minimal 2-3 hektare setiap desa untuk dunia agro anak muda. Sewa oke. Kita itu nggak ngemis kok. Minta-minta nggak. Sewa. Fair,” katanya gemas.
Melambat, kembali ke alam
Sumber gambar, HILMAN HANDONI
Keterangan gambar, Lahan-lahan yang “ditanami” ikan ini dalam waktu beberapa bulan akan akan berubah menjadi lahan minapadi yang kaya dengan kesuburan. Kebanyakan ikan yang dibudidayakan jenisnya nila. Ikan tawes, ikan mas, ikan mujair juga bisa dibudidayakan di lahan-lahan persawahan ini. Salah satu teknik pertanian yang selaras dengan alam—dan tak perlu repot memakai pupuk kimia dan pestisida adalah minapadi.
Minapadi telah dipraktikkan dari generasi ke generasi. Tak cuma di Indonesia tapi juga di persawahan-persawahan di Asia Timur dan Asia Tenggara.
“Minapadi itu memelihara ikan di tempat tanaman padi. Itu kan bisa saling membantu. Kotoran ikan jadi pupuk. Penyakit bisa dimakan ikan dari padinya,” kata Sigit Paryono, petani Dusun Cibluk Kidul, Desa Margoluwih, Sleman, Yogyakarta yang merintis minapadi sejak 2010.
Baca juga:
Usahanya semakin lancar, berkat bantuan pemerintah daerah yang memberikan bantuan teknis.
“Tahun 2015 itu kan kita dipercaya untuk percontohan FAO Asia Pasifik,” kata Sigit yang juga jadi bintang dalam video dokumenter yang dipromosikan FAO.
Satu hektare lahan yang ditanam dengan teknik minapadi bisa memberi hasil panen kira-kira Rp40 juta, dari ikan dan dari padi.
Sumber gambar, HILMAN HANDONI
Keterangan gambar, Nggak semuanya (lahan ditanami) minapadi. Kalau semua, nanti saya nggak hidup,’ kata Sigit yang bertahan dengan minapadi. Pada masa jayanya, minapadi di desa Sigit dibudidayakan di 10 hektare lahan. Total ada lima puluhan petani yang ikutan.
Tapi menjelang tahun 2022 ini, praktis tinggal Sigit seorang yang bertahan, mengupayakan kurang dari satu hektare tanah untuk kolam ikan dan padi yang hidup berdampingan.
Lainnya, kebanyakan tak telaten atau salah manajemen. Pakan bantuan juga kerap dijual sebagai sampingan ketimbang digunakan untuk kolam garapan.
“Menanam padi itu kan cuma seminggu sekali dilihat sawahnya. Kalau minapadi tiap hari dua kali dicek pasti,” jelasnya soal kesulitan minapadi.
Sigit juga kenyang dengan pengalaman keliling sawah tengah malam, apalagi jika hujan, demi mengecek tanggul sawah agar tidak ada yang jebol atau ikan digasak berang-berang dan predator lainnya.
Lahan minapadi makin menyusut. Gemanya sudah berkurang. Tapi Sigit tetap istiqamah.
“Kalau [lahan dipakai untuk] kolam terus, nggak diselingi minapadi nanti tanahnya nggak bagus. [Dengan minapadi] tanah jadi bagus jadi subur. Kalau [pakai pupuk] kimia jadi rusak,” tutupnya.
-
Tahukah Anda kalau Menurut Biro Pusat Statistik, luas persawahan di Indonesia memang terus turun. Tapi kalau menurut data Kementerian Pertanian, luasan lahan dan produktivitas lahan padi terus bertambah - meski tidak drastis. Selengkapnya, simak dalam siniar Flora Carita, Episode 3: Padi (Bagian 2) di tautan ini, Spotify, atau Apple Podcast.
Berita Utama
Majalah
Artikel terpopuler