Foto-foto langka pegunungan Himalaya yang diabadikan fotografer Italia 125 tahun silam

Gasherbrum I (or Hidden Peak) [Karakoram 
Mountain Range]

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Vittorio Sella mengabadikan puncak-puncak Pegunungan Karakoram, lebih dari seabad silam.
  • Penulis, Sudha G Tilak
  • Peranan, Delhi

Vittorio Sella adalah fotografer Italia yang dikenal dengan karya-karyanya pada pergantian abad ke-20 yang menciptakan fotografi gunung dan sejarah pendakian gunung.

Semua foto-foto langkanya tentang Himalaya tetap menjadi salah satu yang paling ikonik yang pernah diabadikan.

Sebuah pameran yang tengah digelar di Ibu Kota India, Delhi, menyebut sosok Vittorio Sella sebagai salah satu fotografer yang menghidupkan kemegahan Himalaya melalui lensanya.

Dikurasi oleh penjelajah dan penulis Inggris terkenal, Hugh Thomson, yang diselenggarakan Delhi Art Gallery (DAG), menyebut pameran ini kemungkinan merupakan salah satu koleksi terbesar panorama India karya Sella.

Pameran ini menampilkan beberapa foto paling awal dari dataran tinggi Kanchenjunga, gunung tertinggi ketiga di dunia, dan K2, gunung tertinggi kedua sejagat, yang diabadikan lebih dari seabad silam.

garis

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

garis
Game of Polo from Indus Valley, Parkutta
[Gilgit-Baltistan Region]

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Sejumlah orang bermain olah raga polo di kawasan Gilgit-Baltistan, 1909.

Lahir di Biella, kota yang terkenal dengan bisnis wol di Italia utara, Sella (1859-1943) memulai pendakian pertamanya di Pengunungan Alpen.

"Sepanjang kariernya, Sella memanfaatkan keterampilannya di bidang teknik dan kimia yang diajarkan oleh pabrik wol dan ayahnya," ujar Thomson.

Baca juga:

Pada usia dua puluhan, dia telah menguasai teknik fotografi rumit seperti proses kolodion, yang memungkinkannya mengembangkan pelat kaca berformat besar dalam kondisi sulit.

Foto-foto panoramanya yang dibuat dengan teknik sempurna, telah mendapat pengakuan dunia.

Darjeeling and Kanchenjunga Range, Himalayas
Collodion print mounted on card, 1899

Sumber gambar, dag

Keterangan gambar, Pemandangan Darjeeling dan Kanchenjunga, 1889.

Perjalanan Sella ke Himalaya dimulai pada 1899 ketika dia bergabung dengan penjelajah Inggris, Douglas Freshfield, dalam ekspedisi menjelajahi Kanchenjunga.

Selama melakukan penjelajahan gunung tersebut, mereka memasuki wilayah Nepal, yang merupakan sebuah kerajaan yang tertutup.

Baca juga:

Ketika ambisi tim penjelajah terhalang guyuran hujan, Sella memanfaatkan waktu kosong itu dengan memotret puncak-puncak gunung yang diselimuti salju.

Dia bereksperimen memanfaatkan teknologi fotografi, dengan mencoba mengabadikan Kanchenjunga dengan menggunakan lensa jauh.

Karya-karya fotonya membawa khalayak ke dunia yang tak tersentuh oleh waktu.

Broad Peak at Sunset, Himalayas [Karakoram 
Mountain Range]

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Suasana matahari terbenam di Broad Peak di Pegunungan Karakoram, 1909.
K2 from the West (Western Wall of Savoia Glacier)

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Puncak K2 diabadikan dari sisi Barat oleh Sella.
Abruzzi’s Camp at Tolti, Karakoram Himalayas
Silver gelatin print mounted on card, 1909

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Sebuah perkemahan sementara selama perjalanan menuju Karakoram Himalaya, 1909.

Satu dekade kemudian, Sella mencapai puncak baru—baik secara harfiah maupun artistik—dalam ekspedisi 1909 ke K2 bersama Duke dari Abruzzi.

Foto-fotonya tentang gunung tersulit di dunia itu menjadi bukti keterampilan dan ketangguhannya.

Baca juga:

Membawa peralatan kamera yang beratnya nyaris 30kg, Sella menjelajahi lanskap yang sulit.

Dia terus menciptakan foto-foto yang menjadi ciri khas fotografi gunung.

Salah satu penulis K2: The Story of the Savage Mountain, Jim Curran, menyebut sosok Sella "mungkin fotografer gunung terhebat... namanya [adalah] sinonim dengan kesempurnaan teknis dan kehalusan estetika".

A Cane Bridge on way from Tumlong to Choontang 
[Chungthang, North Sikkim]
Collodion print mounted on card, 1899

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Jembatan di utara Sikkim dalam perjalanan ke Kanchenjunga, 1899.
Rope Bridge on the Pumah River
 [Karakoram Mountain Range]

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Jembatan tali di sungai Pumah di pegunungan Karakoram, 1909.

Sella dikenal karena daya tahannya yang luar biasa, melintasi Pegunungan Alpen dengan kecepatan yang luar biasa walaupun membawa perlengkapan fotografi yang berat.

Tali pengaman dan sepatu bot kamera daruratnya—tiga kali lebih berat ketimbang peralatan serupa di zaman modern—yang sudah disimpan di Institut Fotografi di Biella.

Baca juga:

Adapun pakaiannya sendiri beratnya lebih dari 10kg, ditambah perlengkapan kameranya, termasuk kamera Dallmeyer, tripod, dan pelat, menjadi genap 30kg— beratnya melebihi batas bagasi maskapai penerbangan saat ini.

Himalayan Peaks in Kashmir, from near Sildi, Shigar Valley from Nest Dilfi

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Puncak Himalaya dilihat dari Kashmir, 1909.
Buddhist Temple at Tumlong [Sikkim]
Collodion print mounted on card, 1899

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Sebuah kuil Buddha di Tumlong di Sikkim, 1889.

Pada ekspedisi K2, Sella mengambil sekitar 250 foto formal dengan kamera Ross & Co selama empat hingga lima bulan; di Kanchenjunga, sekitar 200, menurut catatan Thomson.

"Menurut standar digital saat ini, jumlah itu bukan sesuatu luar biasa, bahkan di hari-hari terakhir film analog, jumlah itu setara dengan sekitar delapan rol, yang dapat digunakan oleh seorang fotografer pada 1970-an. Namun jumlah potret Sella merupakan yang cukup banyak saat itu.

"Ini artinya perhatian dan pemikiran yang sangat besar diberikan pada setiap foto, karena ia hanya memiliki sedikit pelat yang dapat diambilnya."

Baca juga:

Dras Valley below Karah
Silver gelatin print mounted on card, 1909

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Lembah Dras di bawah Karah, 1909.
Encamping upon the Glacier
Collodion print mounted on card, 1899

Sumber gambar, DAG

Keterangan gambar, Para pendaki berkemah di gletser di Himalaya, 1899.

Bertahun-tahun kemudian, fotografer-pendaki gunung terkenal Ansel Adams menulis bahwa "kemurnian interpretasi Sella berhasil menggerakkan para penonton kepada kekaguman religius".

Fotografi dataran tinggi mengandung risiko—banyak potret Sella yang paling ambisius hancur ketika kondisi lembap menyebabkan pemisah jaringan menempel pada negatif film.

Namun bidikan yang berhasil bertahan memperlihatkan maha karya yang indah, kata Thomson.

"Sella adalah salah satu orang pertama yang menyadari bagaimana jejak di salju menjadi bagian penting dari komposisi seperti halnya pendaki gunung yang membuatnya."