'Lahir untuk menjadi buas': Geng motor perempuan Kenya

Sumber gambar, Katie Cashman
- Penulis, Katie Cashman
- Peranan, Nairobi

Penampilan Inked Sisterhood—geng motor di Kenya yang semua anggotanya perempuan—kerap mengejutkan warga negara Afrika Timur yang konservatif itu.


Sumber gambar, Katie Cashman

Kelompok bermotor itu baru-baru ini merampungkan perjalanan sejauh 270 kilometer dari ibu kota, Nairobi, menuju kota Loitokitok di selatan.
Sepatu bot kulit berwarna hitam, pelindung betis, jaket, dan helm merupakan pelindung yang mereka kenakan saat menjelajahi jalan tanah yang terkenal berbahaya.
Tak jarang penduduk kota yang berbatasan dengan Tanzania itu menatap mereka terheran-heran, tapi para perempuan ini sudah terbiasa dengan ekspresi tersebut.


Sumber gambar, Katie Cashman

Patience Mehta (foto atas), seorang petani merangkap pengurus pembukuan, merupakan sosok yang membentuk Inked Sisterhood dua tahun lalu sebagai cara memberdayakan dan menghubungkan para perempuan pengendara motor.
Dia memulainya dari sekolah mengemudi Inked Bikers di Nairobi, tempat banyak kaum perempuan belajar mengemudi. Kini kelompok itu beranggotakan 46 orang.
Inked Sisterhood sejatinya adalah satu dari lima kelompok pengendara motor yang semua anggotanya perempuan, antara lain Throttle Queens, Piki Dada, dan Heels of Steel.
Kelimanya dibentuk beberapa tahun terakhir.


Sumber gambar, Katie Cashman

Berjuluk "Permaisuri Kacang" karena kepemimpinannya yang dikagumi serta tubuhnya yang mungil, Mehta terinspirasi belajar menyetir setelah menyaksikan serial televisi Amerika Serikat pada 2010, Nikita. Tokoh utama dalam serial itu mengendarai motor dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam.
Mehta mengendarai Hero Karizma ZMR 223cc - yang dia beri nama Babezy. Menurutnya, nama Inked Sisterhood adalah sebuah metafora.
"Tinta adalah yang kami gunakan untuk menceritakan kisah perjalanan kami, bukan karena kami semua bertato."


Sumber gambar, Katie Cashman

Sepeda motor, yang disebut "piki piki" dalam bahasa Swahili language, adalah moda transportasi yang umum di Nairobi.
Layanan ojek, disebut "boda-boda" di Nairobi, juga berseliweran di kota tersebut. Namun, beberapa kalangan menganggap pengemudinya punya reputasi buruk soal menyetir dengan aman serta melecehkan perempuan saat menunggu pelanggan.
Perempuan yang memiliki atau mengemudi sepeda motor, jarang terlihat. Meski demikian, mereka memandang ada manfaatnya memakai jaket kulit sembari melintasi jalanan kota yang macet.


Sumber gambar, Katie Cashman

"Sudah lama sekali ada pembagian yang jelas bagi pria dan perempuan soal sepeda motor. Kendaraan itu dipandang berbahaya, kasar, dan lebih maskulin," ujar Bettina Bogonko.
Bogonko, seorang tenaga medis yang memiliki sepeda motor Lifan 250cc berjuluk 'Naga', mengatakan: "Titik balik yang membuat saya percaya diri di jalan adalah ketika ayah memberikan restu bagi saya untuk berkendara dan dia berkata bangga dengan saya."


Sumber gambar, Katie Cashman

Hope Makwali, seorang manajer proyek yang mengendarai Honda XLR 250 buatan 1991, sepakat bahwa meskipun Nairobi adalah kota kosmopolitan, "mengendarai sepeda motor sering dianggap sebagai wilayahnya pria".
"Bahaya, ketangguhan, dan keberanian yang dipandang perlu dimiliki untuk berkendara, tidak diminati sebagian besar perempuan," tambahnya.


Sumber gambar, Katie Cashman

Sebelum dirinya mengendarai sepeda motor, Amanya Kuchio, menghabiskan lima hingga enam jam di tengah kemacetan setiap hari.
Setelah berpikir selama tiga tahun, pekerja sosial itu memutuskan untuk mengendarai Hero Karizma ZMR 223cc guna menghemat waktu dan bersama keluarga.
"Berkendara seperti terapi, hemat ongkos, dan saya suka melewati kendaraan yang terjebak macet. Saya merasa bebas. Apalagi, dukungan dan kesatuan dalam komunitas sepeda motor luar biasa."


Sumber gambar, Katie Cashman

Inked Sisterhood setiap beberapa bulan sekali untuk ramai-ramai berkendara. Perjalanan mereka selanjutnya adalah menuju kota Kimende, 56km sebel;ah utara Nairobi.
Mereka juga sering berkomunikasi untuk berbagi tips dan menyokong satu sama lain.
Mereka berkumpul dengan kelompok perempuan pengendara lainnya untuk acara-acara besar, seperto Hari Perempuan Pengendara Motor Internasional pada awal Mei.
Bagaimanapun, mereka tidak terkait dengan kelompok pria pengendara sepeda motor manapun.


Sumber gambar, Katie Cashman

Agi D'Costa, seorang akuntan yang mengendarai skuter G-Wizz Puzey 150cc, mengenang pengalaman ketika dia mendengar dua pria di Pom Bensin bertanya: "Kamu pikir perempuan ini punya anak");