Sejarah Dwifungsi ABRI: Panggilan sejarah, kelemahan pemimpin sipil, atau hasrat militer berkuasa?

Suharto, soeharto, TNI, ABRI, dwifungsi ABRI, HUT ABRI

Sumber gambar, JOHN MACDOUGALL/AFP FILES/AFP via Getty Images

Keterangan gambar, Presiden Suharto (kiri) dengan mengenakan seragam militer lengkap memberi hormat pada acara HUT ABRI ke-52 di Jakarta, 5 Oktober 1997.
  • Penulis, Heyder Affan
  • Peranan, Wartawan BBC News Indonesia

Pada masa Orde Baru, militer menjadi pemain tunggal yang mendominasi panggung politik Indonesia. Selama 32 tahun, doktrin Dwifungsi ABRI dijadikan legitimasi Soeharto demi melanggengkan kekuasaannya. Mengapa militer sulit mengenyahkan godaan supaya tetap dapat berpolitik?

Setelah Soeharto dijatuhkan dari kursi presiden pada 21 Mei 1998, dominasi militer Indonesia di perpolitikan Indonesia runtuh seketika.

Hujatan dan hinaan kepada tentara, juga desakan dari internal mereka sendiri, memaksa ABRI (lalu diubah menjadi TNI) untuk berbenah.

Saat itu, ABRI mulai menanggalkan jubah dwifungsinya, melucuti peran politiknya, hingga tidak lagi menganggap Golkar sebagai 'anak kandungnya'.

Namun, selang 27 tahun kemudian, pada Kamis pagi tanggal 20 Maret 2025, DPR mengesahkan revisi UU TNI dalam rapat paripurna.

Lewatkan Paling banyak dibaca dan terus membaca
Paling banyak dibaca