Deforestasi 'menjadi penyebab utama' kebakaran di hutan Amazon

Amazon

Sumber gambar, REUTERS/Ueslei Marcelino

Keterangan gambar, Foto tanggal 17 Agustus pada malam hari memperlihatkan hutan Amazon di dekat Humaita.
  • Penulis, Andre Shalders - @andreshalders
  • Peranan, BBC News Brasil, Sao Paulo

Peningkatan jumlah kebakaran hutan akhir-akhir ini di Amazon "berkaitan langsung dengan deforestasi", menurut sebuah penelitian baru yang dilakukan Institut Penelitian Lingkungan Amazon (IPAM) dan Federal University of Acre, Brasil.

Sepuluh kotamadya di kawasan dengan peringatan deforestasi terbanyak adalah juga yang mengalami kebakaran terbanyak tahun ini.

Hubungan antara deforestasi dan kebakaran ini membantah pendapat yang menyatakan bahwa kebakaran tahun ini terjadi secara alamiah, yang disebabkan oleh kekeringan di Brasil utara.

Kajian tersebut menyebutkan adalah tidak mungkin menyatakan peningkatan jumlah kebakaran terkait musim kemarau: kenyataannya adalah kekeringan tahun ini lebih rendah di daerah tersebut dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ketika terjadi lebih sedikit kebakaran.

"Sepuluh kotamadya Amazon yang melaporkan paling banyak kebakaran adalah juga tempat dengan tingkat deforestasi tertinggi. Di daerah ini terjadi 37% kejadian kebakaran di tahun 2019 sementara 43% deforestasi dilaporkan sampai bulan Juli. Terpusatnya kebakaran hutan di daerah yang baru saja kehilangan hutan dengan kekeringan ringan menjadi indikasi kuat sifat kebakaran, yaitu pembersihan daerah yang hutannya baru saja dibabat," demikian isi laporan itu.

Kotamadya yang dimasukkan para peneliti terkait dengan kejadian kebakaran adalah: Apui, Labrea and New Aripuana di negara bagian Amazon, Altamira, Itaituba, Sao Felix do Xingu, dan Novo Progresso di negara bagian Para, Colniza di negara bagian Mato Grosso, Porto Velho di negara bagian Rondonia dan Caracarai di negara bagian Roraima.

IPAM adalah sebuah lembaga yang bermarkas di ibu kota, Brasilia. Penulis kajian adalah peneliti Divino Silverio, Ane Alencar dan Paulo Moutinho (IPAM) dan Sonaira Silva (Federal University Acre).

Para peneliti menggunakan tiga sumber data independen.

Informasi terkait deforestasi didapat dari Sistem Waspada Deforestasi (SAD) Imazon Institute; data kebakaran (atau "titik api", istilah teknisnya) berasal dari satelit AQUA (satelit acuan Badan Nasional Penelitian Angkasa Luar/INPE) dan jumlah hari tanpa hujan secara berturut-turut dari data CHIRPS yang dikembangkan Suirvei Geologi AS/US Geological Survey (USGS) dan University of California Santa Barbara.

Survei menggunakan data deforestasi dari bulan Januari ke Juli 2019 dan kejadian kebakaran yang tercatat mulai dari permulaan tahun sampai tanggal 14 Agustus.

Amazons

Sumber gambar, REUTERS/Ueslei Marcelino

Keterangan gambar, Foto yang diambil pada tanggal 21 Agustus ini memperlihatkan penyebaran asap di Amazon, dekat Porto Velho.

Di Para, kotamadya yang termasuk dalam daftar, seperti Novo Progresso, para petaninya dilaporkan memperingati "hari kebakaran" pada tanggal 10 Agustus dalam bentuk unjuk rasa dan untuk ihkan padang rumput.

"Amazon lebih banyak terbakar pada tahun 2019 dan tidak hanya musim kering yang dapat menjelaskan peningkatan ini ... musim kering tahun ini tidak separah tahun-tahun lalu. (Tapi) sampai tanggal 14 Agustus, terjadi 32.728 kebakaran, 60% lebih tinggi dari pada rata-rata tiga tahun terakhir untuk periode yang sama," kata kajian tersebut.

Lewat siaran langsungnya yang biasa dilakukan lewat Facebook, pada hari Kamis malam, Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengakui bahwa deforestasi Amazon meningkat dan dirinya sedang berusaha menangani "kejahatan yang mereka lakukan terhadap Amazon".

Meskipun demikian ia menegaskan kebakaran hutan adalah hal yang biasa terjadi di dunia.

"Kebakaran terjadi. Ini adalah hal yang biasa. Memang kenapa? Di sini (di Brasil) apakah terjadi kejahatan? Ada, saya tahu ada. Siapa yang melakukannya? Saya tidak tahu. Petani sendiri, LSM, apa pun, Indian. Jadi ada perhatian (dari negara-negara lain) yang mengatakan kami tidak bertanggung jawab, dan siapa yang tahu, cepat atau lambat seseorang akan memerintahkan campur tangan di kawasan Amazon," katanya.

Hari Minggu, lewat Twitter, Menteri Lingkungan Ricardo Salles mengatakan peningkatan kebakaran disebabkan iklim. "Cuaca kering, angin dan panas meningkatkan kebakaran di seluruh negeri," katanya.

Hentikan X pesan
Izinkan konten X?

Artikel ini memuat konten yang disediakan X. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca X kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah 'terima dan lanjutkan'.

Peringatan: Konten pihak ketiga mungkin berisi iklan

Lompati X pesan

Menurut peneliti Luis Fernando Guedes Pinto dari Imaflora Institute, informasi yang ada terkait dengan kebakaran memperlihatkan ini adalah bagian dari proses pertikaian lahan di kawasan Amazon.

"Kebakaran ini adalah bagian dari masalah sengketa lahan. Ini adalah gerakan untuk ihkan dan menduduki lahan, bukannya untuk meningkatkan produksi. Tujuannya adalah menduduki, dengan harapan pemilikan tanah akan diberikan secara resmi kemudian," katanya.

Luis Fernando mengatakan pernyataan sebelumnya dari para pemimpin - seperti Jair Bolsonaro sendiri dan Gubernur Acre Gladson Cameli - kemungkinan mengisyaratkan pengurangan hukuman perusak hutan. Baginya, dua hal ini berkaitan.

"Kebakaran ini terjadi pada keadaan di mana pemerintah federal dan para pejabat pemerintah mengatakan tidak akan ada langkah penegakan atau penghukuman," katanya.

Protes di Salvador, Bahia

Sumber gambar, EPA

Keterangan gambar, Dalam sebuah acara di Salvador, Bahia, sejumlah penonton berunjuk rasa saat Menteri Lingkungan Ricardo Salles mengatakan kebakaran disebabkan iklim.

Menurut ahli iklim, Carlos Nobre, hubungan antara deforestasi dan kebakaran sudah diduga sebelumnya. Biasanya, pihak yang ingin "ihkan" hutan, pertama-tama ihkan pohon dan setelah beberapa bulan, membakar lahan tersebut.

"Dinamikanya seperti ini: pembersihan hutan, tunggu beberapa bulan agar mengering dan kemudian membakarnya. Jika Anda membakar pada keesokan harinya, (pohon) tidak akan terbakar karena tanamannya basah," katanya.

"Perlu menunggu beberapa bulan dan kemudian terbakar. Dan selalu, setiap tahun, Agustus dan September adalah bulan-bulan dengan kejadian kebakaran tertinggi," katanya kepada BBC News Brasil.

"Tahun ini, semua indikator mulai dari SAD (Imazon), Deter (waspada deforestasi) INPE memperlihatkan peningkatan deforestasi, jadi lebih banyak kebakaran diperkirakan terjadi," kata Nobre, yang mendaparkan gelar doktor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Noble menekankan data akhir deforestasi akan diperoleh dari sistem Prodes INPE, yang baru akan diungkapkan pada bulan Oktober.

Tetapi data yang digunakan kajian IPAM "adalah salah satu yang terbaik di dunia" terkait dengan pengukuran kebakaran dan peringatan deforestasi, kata ahli iklim.

Línea