RS Al-Shifa di Gaza bagai 'zona kematian', ratusan orang tinggalkan rumah sakit

Sumber gambar, Getty Images
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan situasi di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza seperti “zona kematian” setelah mengunjungi fasilitas kesehatan tersebut, menyusul serbuan dan perintah evakuasi oleh militer Israel.
Tim gabungan PBB yang dipimpin oleh WHO melakukan pemeriksaan selama satu jam di kompleks rumah sakit, dan menemukan bukti adanya penembakan. Mereka juga menyaksikan kuburan massal di pintu masuk rumah sakit.
Mereka diberitahu bahwa ada 80 jenazah di rumah sakit tersebut.
Menyusul perintah evakuasi yang dikeluarkan militer Israel, 300 pasien dalam kondisi sangat kritis tetap berada di RS Al-Shifa – yang dulunya adalah rumah sakit terbesar dan tercanggih di Gaza.
Tim WHO mengatakan pihaknya berupaya mengatur evakuasi darurat terhadap pasien dan staf yang tersisa.
Sementara itu, Gedung Putih telah menanggapi laporan di Washington Post yang mengatakan Israel, Hamas dan AS bersepakat untuk membebaskan perempuan dan anak-anak yang ditangkap oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober dengan imbalan lima hari jeda pertempuran.
Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan belum ada kesepakatan yang tercapai, namun pihaknya berupaya keras untuk mencapai kesepakatan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengesampingkan gencatan senjata penuh dengan Hamas dan mengatakan ia hanya akan mempertimbangkan gencatan senjata sementara sebagai imbalan atas kembalinya sandera yang diculik oleh kelompok tersebut.
Ratusan orang, termasuk sejumlah pasien, meninggalkan rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada Sabtu (18/11). Beberapa petugas medis menyebut mereka diperintah untuk meninggalkan rumah sakit tersebut, namun Israel membantahnya.
Banyak di antara mereka tampak berjalan di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing ketika suara tembakan terdengar.

Sumber gambar, REUTERS/Mohammed Salem
Lebih dari 12.000 warga Palestina tewas
Secara terpisah, pejabat kesehatan Hamas menyebut dua ledakan di Jabalia yang terletak di bagian utara Gaza telah menewaskan 80 orang.
Israel berkata kepada BBC masih melakukan investigasi untuk memastikan insiden tersebut.
BBC melakukan geolokasi atas video yang merekam kejadian di sekolah Al-Fakhoura di Jabalia yang menunjukkan banyak orang – termasuk perempuan dan anak-anak – dalam kondisi terluka parah atau terbaring tak bergerak di lantai di beberapa bagian bangunan sekolah tersebut.
Ada lebih dari 20 korban jiwa yang tampak dalam rekaman video tersebut, sekitar setengahnya berada di sebuah ruangan di lantai dasar, yang juga menunjukkan kerusakan parah.

Sumber gambar, REUTERS/Fadi Alwhidi
Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan dia telah melihat “foto-foto mengerikan dan rekaman video yang menunjukkan sejumlah orang meninggal dan terluka” di salah satu sekolah yang dikelola oleh badan itu, yang “menampung ribuan pengungsi”.
“Serangan-serangan ini tak bisa bisa jadi hal yang biasa, ini harus dihentikan,” katanya.
Secara terpisah, kementerian kesehatan Palestina menyebut lebih dari 30 orang yang berasal dari satu keluarga tewas terbunuh di lokasi lain di Jabalia, yang disebut disebabkan oleh serangan Israel.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) belum memberikan komentar atas laporan tersebut, namun mengatakan bahwa pihaknya memperluas operasi di Gaza, termasuk Jabalia, untuk menyasar Hamas.
Kementerian kesehatan Palestina yang berada di bawah kendali Hamas mengatakan korban jiwa di Gaza mencapai 12.300 orang. Lebih dari 2.000 orang dikhawatirkan tertimbun reruntuhan.
Pasien 'menjerit kehausan'

Sumber gambar, IDF via Reuters
Sebelumnya, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa mengatakan pihaknya kini kehabisan oksigen dan air sehingga pasien “menjerit karena kehausan”, pada hari kedua operasi militer Israel di fasilitas kesehatan terbesar di Gaza itu.
Muhammad Abu Salmiya mengatakan kondisinya “tragis” di Al-Shifa, yang menampung lebih dari 650 pasien, 500 staf medis, dan 5.000 pengungsi.
Menurutnya, tank-tank Israel mengepung rumah sakit, drone berdengung di atas kompleks bangunan, dan tentara Israel masih bergerak di dalam gedung.
Tentara Israel mengatakan operasi melawan Hamas dilakukan dengan “cara yang bijaksana, terukur, dan menyeluruh”.
Namun seorang jurnalis yang terjebak di dalam rumah sakit, Khader, mengatakan kepada wartawan BBC Rushdi Abu Alouf melalui telepon bahwa pasukan Israel "di mana-mana, menembak ke segala arah".
Bagaimana kondisi di dalam RS Al-Shifa pada hari kedua serbuan militer Israel?
Direktur RS Al Shifa, Abu Salmiya, mengatakan pasukan Israel telah meledakkan saluran air utama rumah sakit.
“Operasi penembak jitu terus berlanjut, tidak ada seorang pun yang bisa berpindah dari satu gedung ke gedung lainnya, dan kami kehilangan komunikasi dengan rekan-rekan kami,” katanya.
Pada Kamis (16/11), Khader mengatakan kepada BBC bahwa pasukan Israel telah "menyerbu semua bagian RS", menghancurkan bagian selatan tembok gedung, dan puluhan mobil.
Sebelum saluran telepon Khader terputus, dia juga mengatakan bahwa buldoser lapis baja telah didatangkan Israel ke RS Al-Shifa.
Baca juga:
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan bahwa buldoser Israel “menghancurkan bagian pintu masuk selatan” kompleks RS.
Pada saat yang sama, terdapat laporan mengenai pemadaman telepon dan internet besar-besaran di Gaza yang diyakini disebabkan oleh perusahaan telekomunikasi kehabisan pasokan bahan bakar.

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Sejak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan terhadap Al-Shifa pada Rabu (15/11) pagi, mereka telah merilis beberapa foto dan video yang mereka klaim sebagai senjata dan peralatan Hamas.
Pada Kamis (16/11), militer Israel mengatakan mereka telah menemukan "lubang terowongan operasional dan kendaraan yang berisi senjata dalam jumlah banyak".
Akan tetapi, Menteri Kesehatan Palestina. Mai Al-Kaila mengatakan kepada BBC bahwa dia belum melihat bukti adanya pusat komando Hamas di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. Dia menegaskan bahwa pasukan Israel "perlu menunjukkan" bukti.
"Rumah Sakit harus dilindungi dan digunakan untuk melaksanakan... tugas profesional. Namun Rumah Sakit Al-Shifa telah berada di bawah pengepungan Israel selama lima hari, jadi jika ada markas Hamas [di sana], mereka perlu menunjukkannya kepada kami," kata Al-Kaila kepada BBC Arabic.
Baca juga:
Pada Kamis (16/11) malam, IDF mengumumkan bahwa jenazah salah satu sandera telah ditemukan di dekat Al-Shifa.
IDF mengidentifikasi korban bernama Yehudit Weiss, yang diklaim telah diculik dari rumahnya di Be'eri - sebuah kibbutz di Israel selatan.
IDF mengatakan tentara mereka melanjutkan operasi “kompleks” melawan Hamas di rumah sakit.
“Tentara terus bergerak dari satu gedung ke gedung lainnya, mencari di setiap lantai, sementara ratusan pasien dan staf medis masih berada di kompleks tersebut,” kata seorang pejabat militer Israel dalam laporan terbarunya pada Kamis (16/11) malam.
Pejabat tersebut mengulangi klaim IDF bahwa terdapat "infrastruktur teroris yang tersembunyi di kompleks tersebut".
Hamas berulang kali membantah bahwa anggotanya beroperasi di dalam rumah sakit.
Pada hari Kamis (16/11), Osama Hamdan, pemimpin paling senior Hamas di Libanon, mengejek klaim Israel, dengan mengatakan bahwa semua senjata telah dibawa dan ditaruh di RS Al-Shifa oleh orang Israel.
Kesaksian jurnalis pada hari pertama serbuan tentara Israel di RS Al-Shifa
Pada hari pertama serbuan tentara Israel, Rabu (15/11), Khader Al-Zaanoun, warga Gaza sekaligus jurnalis yang berada di rumah sakit tersebut, berkata kepada wartawan BBC, Rushdi Abu Alouf bahwa tentara Israel “menguasai penuh” RS Al-Shifa.
Ia mengatakan sekitar 100 tentara komando telah memasuki bangunan utama rumah sakit pada malam hari, dan enam tank juga berada di area rumah sakit
“Mereka memasuki unit gawat darurat utama, beberapa tentara mengenakan masker dan berteriak dalam bahasa Arab 'jangan bergerak, jangan bergerak'."
Pasukan Israel kemudian menggeledah kamar demi kamar dan lantai demi lantai. Mereka menginterogasi semua staf rumah sakit dan para pasien sembari didampingi tenaga medis dan penerjemah bahasa Arab.
Melalui pengeras suara, militer Israel meminta semua pria berusia antara 16 dan 40 tahun meninggalkan gedung rumah sakit, kecuali bagian bedah dan gawat darurat, dan pergi ke halaman rumah sakit.
Menurut Khader, tentara Israel melepaskan tembakan ke udara untuk memaksa mereka yang masih berada di dalam untuk keluar.
Dia juga mengatakan mereka telah memasang alat pemindai dan meminta semua orang untuk melewatinya.

Sumber gambar, IDF via Reuters
Muhammad Zaqout, direktur jenderal RS Al-Shifa, juga memberikan penjelasan tentang bagaimana serangan itu terjadi.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, dia mengatakan “tidak ada satu peluru pun” yang ditembakkan – karena “tidak ada perlawanan atau tahanan” di dalam.
Namun, menurut Dr Marwan Abu Saada, kepala bedah di rumah sakit Al-Shifa, militer Israel menyebabkan “kehancuran besar” di unit radiologi.
“Tentara Israel menyerbu departemen radiologi di gedung bedah subspesialisasi,” katanya dalam pesan yang dikirim ke BBC.
“Mereka mengisolasi laki-laki di satu ruangan dengan tangan terikat dan melakukan penghancuran besar-besaran pada CT [pemindai], dan juga pada mesin MRI dan beberapa [USG] serta furnitur.
“Dua orang dari tim pemeliharaan gedung telah ditangkap.”
BBC belum dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.
Selang 14 jam kemudian, BBC mendapat laporan bahwa pasukan Israel mulai mundur.
IDF kemudian merilis sebuah video pada Rabu (15/11) malam yang mereka klaim menunjukkan senjata dan peralatan yang disembunyikan oleh Hamas di di berbagai bagian rumah sakit.
Israel klaim 'operasi yang ditargetkan' terhadap Hamas

Sumber gambar, IDF via Reuters
Militer Israel mengatakan pada Selasa (14/11) malam bahwa pasukannya sedang melakukan “operasi yang ditargetkan terhadap Hamas di area tertentu di Rumah Sakit Al-Shifa”.
Mereka menggambarkan tindakan tersebut sebagai “kebutuhan operasional” berdasarkan “informasi intelijen”, dan menyerukan “teroris Hamas” di rumah sakit untuk menyerah.
Pada Rabu (15/11) pagi, IDF mengatakan saat memasuki RS Al-Shifa, pasukannya menghadapi serangan menggunakan bahan peledak dan melawan “regu teroris”.
Tidak ada baku tembak yang terjadi di dalam rumah sakit dan tidak ada perselisihan antara tentara dan orang-orang di sana, kata pejabat militer Israel.
Radio tentara Israel melaporkan bahwa pasukan sejauh ini belum menemukan tanda-tanda adanya tawanan yang disandera oleh Hamas dalam serangan 7 Oktober.

Penyerbuan terhadap rumah sakit tersebut terjadi tak lama setelah AS secara terbuka mendukung - untuk pertama kalinya - klaim Israel bahwa Hamas memiliki infrastruktur di bawah RS Al-Shifa.
Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan AS memiliki informasi intelijen, yang diperoleh dari berbagai sumber, yang menunjukkan bahwa Hamas menggunakan rumah sakit di Jalur Gaza dan terowongan di bawahnya untuk menyembunyikan operasi militer dan menyandera.
“Hamas dan anggota Jihad Islam Palestina mengoperasikan pusat komando dan kendali dari al-Shifa di Kota Gaza,” katanya, seraya menambahkan bahwa hal itu menunjukkan betapa menantangnya operasi Israel – karena Hamas “telah tertanam kuat di dalam masyarakat sipil”.
Namun Dr Ahmed Mokhallalati, seorang ahli bedah plastik di RS Al-Shifa yang dihubungi oleh BBC, bersikeras bahwa hanya ada warga sipil di rumah sakit tersebut dan mengatakan dia belum pernah melihat satupun senjata di dalam rumah sakit, atau kehadiran Hamas.
Dia mengatakan ada terowongan di bawah setiap bangunan di Gaza, termasuk RS Al-Shifa.
Apa yang Israel klaim temukan di RS Al-Shifa?

Sumber gambar, Reuters
Dalam video yang dirilis pada Rabu (15/11) malam, militer Israel mengeklaim menemukan senjata dan peralatan yang disembunyikan oleh Hamas di di berbagai bagian RS Al-Shifa.
Video berdurasi tujuh menit itu memperlihatkan juru bicara IDF, Jonathan Conricus, berjalan melalui ruangan berbeda di bagian MRI.
Conricus mengatakan apa yang ditemukan pasukan Israel menunjukkan bahwa "Hamas secara sistematis menggunakan rumah sakit dalam operasi militer mereka".
Conricus juga menunjukkan senapan AK47 yang ditemukan di belakang pemindai MRI.

Sumber gambar, IDF via Reuters
Dia menunjukkan tiga tas yang katanya adalah "tas" militer.
Ada pula "granat aktif, amunisi, rompi tempur dengan lambang" dan juga rompi militer dengan emblem hijau di atasnya, yang menurutnya merupakan nama sayap militer Hamas.

Sumber gambar, IDF via Reuters
Conricus juga menunjukkan sebuah laptop yang menurutnya ditemukan di ruang MRI.
Dia menunjukkan foto yang menurutnya ditemukan di laptop. Foto itu, menurutnya, adalah tentara Israel Pte Ori Megidish yang disandera di Gaza tetapi kemudian dibebaskan oleh pasukan Israel.
BBC belum memverifikasi lokasi video atau klaim yang dibuat di dalamnya - meskipun kami berupaya memberikan informasi lebih rinci kepada Anda.

Sumber gambar, IDF via Reuters
Mark Regev, yang merupakan penasihat senior Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada BBC News Channel bahwa dia yakin "semakin banyak materi" dari apa yang dia klaim sebagai jaringan bawah tanah Hamas di bawah RS Al-Shifa.
Regev melanjutkan dengan mengatakan kepada program Newshour BBC di World Service bahwa operasi militer di rumah sakit itu dibenarkan:
“Hukum internasional secara khusus mengatakan bahwa ketika musuh Anda menggunakan lokasi kemanusiaan seperti rumah sakit untuk mesin militernya, maka Anda dapat menargetkan situs tersebut… Ini tidak berarti Anda melakukannya dengan enteng atau tidak bertanggung jawab, tetapi berdasarkan hukum internasional, mereka kehilangan kekebalannya.”
Baca juga:
Bassem Naim, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan kabar terbaru yang disampaikan militer Israel "konyol dan tidak berharga".
Adapun klaim Israel bahwa mereka memiliki pusat komando di bawah RS Al-Shifa adalah “kebohongan dan propaganda murahan”.
Bassem Naim menambahkan bahwa Hamas tidak dapat mengesampingkan bahwa tentara Israel "membawa senjata dan menempatkannya di kompleks Al-Shifa".
Dia mengatakan tujuan Israel adalah untuk “menekan” rumah sakit dan pusat kesehatan serta menggusur penduduk Gaza. Kini, menurutnya, 25 rumah sakit di wilayah tersebut kini tidak dapat digunakan karena “pengeboman, pengepungan dan penghancuran”.
BBC tidak dapat memverifikasi secara independen klaim yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Situasi kemanusiaan memburuk
Pertempuran sengit dilaporkan terjadi di sekitar RS Al-Shifa selama berhari-hari sehingga menjebak pasien, staf, dan pengungsi yang mencari perlindungan di sana.
Dr Ahmed Mokhallalati, seorang ahli bedah plastik di RS Al-Shifa, mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakit tersebut kekurangan listrik, oksigen dan air.
Pada Selasa (14/11), operasi penting telah dilakukan tanpa anestesi yang tepat dan pasien “menjerit kesakitan”. Para dokter tidak dapat membantu satu pasien yang mengalami luka bakar karena kurangnya peralatan termasuk ventilator dan harus “membiarkannya meninggal”.
Tidak ada operasi yang dapat dilakukan pada Rabu (15/11), kata dokter Ahmed.
Sementara itu, enam bayi prematur telah meninggal dalam beberapa hari terakhir dan dokter Ahmed khawatir akan lebih banyak bayi yang meninggal karena kekurangan oksigen dan kekurangan tenaga listrik.
Militer Israel mengeklaim pasukannya menyediakan inkubator, makanan bayi, dan pasokan medis ke rumah sakit.

Sumber gambar, Reuters
“Mengapa mereka tidak bisa dievakuasi?” kata dokter Ahmed tentang bayi-bayi di rumah sakit. “Di Afghanistan mereka mengevakuasi kucing dan anjing.”
“Di manakah ICRC [Palang Merah]?” dia menambahkan. "Di mana pemerintah Inggris dan Amerika? Apakah semua orang hanya menunggu kita semua mati di sini dan kemudian mengatakan kita adalah 'orang baik'");