'Covid-19 bukan pandemi, tapi sindemi', kata sejumlah ilmuwan - apa maksudnya dan bagaimana penanganannya?

Two women wearing face masks mourn at a cemetery in La Paz, Bolivia

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Para ilmuwan yang setuju dengan konsep sindemi percaya bahwa pandemi seperti Covid-19 tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendekatan medis.
  • Penulis, Laura Plitt
  • Peranan, BBC News Mundo

Dalam beberapa bulan terakhir berbagai negara mengambil langkah yang berbeda untuk mencegah penyebaran Covid-19. Ada yang memberlakukan pembatasan ketat, dan ada pula yang lebih fleksibel—tergantung tingkat penyebaran di wilayah masing-masing.

Di Eropa, misalnya, banyak negara di benua tersebut kembali menerapkan pembatasan sosial dan bahkan memberlakukan karantina wilayah alias lockdown setelah mencatat rekor penambahan jumlah kasus. Selandia Baru, di sisi lain, menjalankan kesiagaan terendah.

Walau banyak variasi kebijakan yang diterapkan, sejumlah ilmuwan dan pakar kesehatan berpendapat bahwa strategi-strategi itu masih terlalu terbatas untuk menghentikan laju infeksi.

"Semua intervensi kita berfokus pada memotong jalur penularan virus untuk mengendalikan penyebaran patogen," kata Richard Horton, pemimpin redaksi jurnal ilmiah The Lancet, baru-baru ini dalam sebuah tulisan editorial.

Menurut Horton, Covid-19 semestinya bukan dianggap sebagai pandemi, melainkan sebagai "sindemi".