Pendatang baru ke Jakarta usai Lebaran diprediksi membludak imbas efisiensi belanja daerah dan PHK – 'Saya memilih merantau karena cari pekerjaan di daerah sulit'

Jakarta, arus balik, urbanisasi, PHK, pengangguran, efisiensi

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Jumlah perantau atau pendatang yang hendak mengadu nasib ke Jakarta diprediksi bakal meningkat usai Lebaran.

Jumlah perantau atau pendatang yang mengadu nasib ke Jakarta diprediksi bakal membludak usai Lebaran seiring masifnya PHK di berbagai daerah, pemberlakukan efisiensi anggaran yang berujung pada pemangkasan belanja daerah, dan terhentinya sejumlah proyek infrastruktur, menurut pengamat.

Perkiraan ini berbanding terbalik dengan klaim Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta yang menyebut angka pendatang yang masuk setelah Lebaran turun antara 1.000-6.000 orang.

Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, berkata meningkatnya arus pendatang ini harus menjadi "peringatan" bagi daerah penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.

Sebab mereka bakal ketimpahan masalah, mulai dari menjamurnya permukiman kumuh, kemacetan, bahkan pengangguran.

Namun juru bicara pemerintah membantah kebijakan Presiden Prabowo Subianto memicu persoalan ekonomi. Sebaliknya, program seperti Makan Siang Gratis diklaim justru menyerap tenaga kerja dan memberi penghasilan bagi masyarakat.

Kepada BBC News Indonesia, seorang warga Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, yang berencana mengadu nasib ke Jakarta setelah Lebaran adalah Karimullah.

Pria 29 tahun ini bilang sudah mendapatkan pekerjaan sementara sebagai guru di Depok, Jawa Barat, tapi tak menutup kemungkinan akan mencari pekerjaan lain di Jakarta demi mendapatkan gaji lebih besar.

Sebab di daerahnya kesempatan untuk menjadi guru semakin sulit.

"Saya lebih memilih merantau karena sebagian besar lembaga pendidikan di Pamekasan sudah punya tenaga pendidik, jadi sulit bagi saya dan saya juga ingin mencari pengalaman baru," tuturnya.

Jumlah pendatang ke Jakarta diklaim turun

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta, Budi Awaludin, memprediksi jumlah pendatang yang masuk ke Jakarta setelah Idulfitri atau Lebaran mencapai 15.000 orang.

Angka itu, ungkapnya, turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 25.918 orang pada 2023 dan 16.207 pada 2024.

Dia memprediksi jumlahnya kembali turun menjadi sekitar 10.000 sampai dengan 15.000 jiwa pada 2025.

garis

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

garis

Budi menyebut penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya program penataan dokumen kependudukan.

"Penataan kependudukan sesuai dengan domisili, di mana penduduk yang datang maupun yang menetap di Jakarta sudah satu tahun, wajib memindahkan dokumen pendudukannya sesuai dengan domisili," papar Budi kepada BBC News Indonesia, Rabu (02/04).

"Dan program ini cukup efektif dan banyak masyarakat Jakarta yang tinggal di daerah Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), mereka memindahkan dokumen kependudukannya."

Lebaran, arus balik, urbanisasi, pengangguran

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Arus balik Lebaran 2025 diprediksi mencapai puncaknya pada tanggal 5 hingga 7 April 2025.

Kata Budi, penurunan ini merupakan kabar positif untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebab, artinya pembangunan di daerah-daerah sekitar Jakarta sudah merata.

Namun begitu, ia bilang Pemprov Jakarta tetap membuka tangan lebar-lebar kepada pendatang yang hendak mengadu nasib untuk mencari pekerjaan di Jakarta.

Hanya saja para perantau diimbau untuk mempersiapkan dokumen kependudukan seperti surat pindah dari daerah asal.

"Mereka juga diharapkan punya keahlian atau kemampuan dalam bekerja untuk mendukung jika nantinya mau siap bekerja dan bersaing di Jakarta," jelasnya.

"Kalau bisa sudah ada pekerjaannya dan yang terpenting adalah jaminan tempat tinggal."

Benarkah pendatang ke Jakarta akan turun di tengah situasi ekonomi saat ini?

Sejumlah pengamat berkata sebaliknya.

Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, justru meyakini arus urbanisasi dari daerah—terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur—ke Jakarta bakal membludak dari tahun-tahun sebelumnya. Namun dengan cara yang berbeda.

Hal itu, menurutnya, sudah dan akan terlihat dari meningkatnya jumlah penduduk di wilayah penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek).

PHK, arus balik, pengangguran, urbanisasi, DKI Jakarta, efisiensi

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Pekerja di Jakarta mengandalkan transportasi publik seperti kereta untuk menuju pergi dan pulang bekerja.

Mereka yang tinggal di kota pinggiran Jakarta, ungkapnya, bukan berarti semuanya bekerja di sana. Tapi mereka terpaksa menyingkir demi menekan biaya dari mahalnya hidup di Jakarta.

"Alasan mereka tidak langsung masuk ke Jakarta, karena biaya hidup di Jakarta lebih mahal. Biaya kos atau kontrakan. Sehingga mereka memilih tinggal di Bodetabek ketimbang di Jakarta," papar Nirwono Yoga kepada BBC News Indonesia, Rabu (02/04).

"Jadi sebenarnya mereka tetap bekerja di Jakarta, tapi tinggal di pinggiran Jakarta."

Baca juga: