Di balik pujian dan kritikan terhadap Jumbo, film animasi terlaris se-Asia Tenggara – 'Mengungkap bagaimana anak memproses duka kehilangan orang yang dicintai'

Sumber gambar, Visinema Pictures
Di balik pujian tentang detail animasinya yang ciamik dan kritikan karena memuat unsur hantu, film Jumbo disebut menyimpan pesan mendalam tentang bagaimana anak-anak memproses duka melalui imajinasi cerita, gambar dan permainan peran.
Menurut psikolog klinis, Olphi Disya Arinda, cara ini merupakan upaya untuk menjaga ikatan dan menenangkan diri bagi anak-anak yang telah kehilangan orang yang mereka cintai.
"Imajinasi memberikan anak-anak 'ruang aman' untuk mengekspresikan emosinya yang mungkin terlalu besar atau membingungkan untuk diungkapkan secara langsung," kata Disya.
Hingga Kamis (17/04), film garapan Visinema Studios ini telah ditonton sekitar 4 juta orang dalam dua pekan penayangannya di bioskop.
Jumlah ini menjadikan Jumbo sebagai film animasi terlaris se-Asia Tenggara, dengan pendapatan mencapai US$8 juta (sekitar Rp134 milar).
Di dalam negeri, Jumbo juga memecahkan rekor sebagai film animasi terlaris sepanjang masa di Indonesia.
Film yang disutradarai Ryan Adriandhy, diprodi Anggia Kharisma dan Novia Puspa Sari, serta melibatkan lebih 400 animator di Indonesia itu melampaui pencapaian Si Juki the Movie pada 2017.
Peringatan: Artikel ini memuat spoiler
Sinopsi film 'terlaris se-Asia Tenggara'
Film Jumbo bercerita tentang petualangan Don, anak yang sering diolok-olok oleh teman-temannya dengan panggilan "Jumbo" karena badannya yang besar.
Don yang telah kehilangan kedua orang tuanya pun ingin membuktikan diri kepada anak yang suka merundungnya dengan cara memenangkan pentas pertunjukan bakat.
Dia pun berencana menampilkan drama panggung yang terinspirasi dari buku dongeng peninggalan ayah dan ibunya.
Namun, rencana Don tidak berjalan mulus karena bukunya dicuri.

Sumber gambar, Visinema Pictures
Di tengah pencarian itu, Don bertemu dengan sesosok arwah bernama Meri, yang meminta pertolongan Don untuk disatukan kembali dengan makam keluarganya yang dirusak.
Don dan Meri pun saling membantu untuk menggapai keinginan masing-masing.
Petualangan mereka berujung pada nilai-nilai persahabatan, keberanian dan empati.
'Animasi terbagus sampai sekarang'
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Azelia, 37 tahun, bersama suami dan kedua anaknya menonton film Jumbo di bioskop, Sabtu (12/04).
Rangkaian kekaguman dilayangkan dirinya usai menonton film itu.
Pujian pertama adalah grafik animasi yang memukau. Bahkan, Azelia membandingkan Jumbo dengan film kartun garapan studio animasi papan atas dunia.
"Animasi karya Indonesia terbagus sampai sekarang, lihatnya kayak animasi Pixar," kata Azelia yang juga memuji lagu-lagu yang diputar dalam film itu.
Mungkin Anda tertarik:
Tidak hanya menyajikan pesta warna animasi yang memukau mata, alur ceritanya juga disebut mengundang rasa takjub Azelia.
"Cerita terkait ayah, ibu, nenek dan sahabatnya [Don] yang menyentuh hati, sampai anak-anak [saya] menangis tapi happy. Happy banget rasanya," ujar Azelia.
Kendati begitu, dia mengaku masih menyimpan pertanyaan tentang beberapa alur cerita dalam film itu.
Azelia juga mengatakan, Jumbo memiliki pesan moral yang mendalam bagi dirinya dan anak-anaknya.

Sumber gambar, Visinema Pictures
"Hidup itu pasti ada cobaan, tapi harus dihadapi kayak Don yang selalu semangat."
Selain Azelia, pujian atas film ini juga datang dari warganet.
Di ulasan Google, seorang yang mengaku telah menonton menyebut bahwa Jumbo adalah "salah satu animasi lokal yang bikin hati campur aduk! Mulai dari kagum, ketawa, kesel, sedih, sampai terharu, mixed feeling banget."
Pengulas lain menyebut bahwa "Jumbo Film animasi Indonesia terbaik 2025. Cerita dapat memberikan kesan dan pesan yang menggugah emosi penonton. Sinematografi digarap dengan sangat baik. Pergerakan Animasinya 3D sangat smooth."
Pro-kontra di jagad maya
Selain pujian, film Jumbo juga mendapat kritikan dari warganet yang lain.
Masih dari ulasan film Jumbo di Google, seorang pengulas menuliskan film ini "Sangat buruk, tidak mencerminkan film ksatria pada anak-anak."
"Don sebagai jumbo memiliki karakter serakah, tidak empati, tidak menepati janji, dan egois mementingkan diri sendiri, di mana ini tidak baik di konsumsi anak-anak, terlebih Don sebagai pemeran utama. Dan tidak relevan ada setan-setan yang harus bantu, ini tidak mendidik anak-anak," tulisan ulasan tersebut.

Sumber gambar, Visinema Pictures
Pengulas lain mengatakan, "Film anak-anak kok soal hantu, gusur makam? Ga ada tema lain? Sayang banget sih, kenapa harus dikaitkan dengan mahluk lain yang alamnya berbeda. Itu enggak banget buat tontonan anak kecil."
Ada juga yang berkata, "Film yang bagus, namun mengandung kemusyrikan dan mengajarkan anak bekerjasama dengan jin."
Namun, beberapa warganet memandang kehadiran hantu itu dengan cara pandang yang berbeda.
Salah satunya adalah akun X, bernama @angginoen.
Artikel ini memuat konten yang disediakan X. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca X kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah 'terima dan lanjutkan'.
Lompati X pesan, 1
Akun ini pun menambahkan cuitanya di X.
"Ada teman punya cerita: Pakdenya meninggal, dia ditanya sama anaknya; kenapa Mbah Pakde kok diem? Dijawablah; mbah pakde mau ke surga. Lalu mereka berangkat ke makam, si anak masuk gerbang dan bertanya 'ini surga ya");